konsep dasar hospitalisasi dian husada
Selasa, 07 Mei 2013
konsep hospitalisasi stikes dian husada
KONSEP HOSPITALISASI
A. PENGERTIAN
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada
pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau
pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya
hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat
menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan
perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.
Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu
alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Stressor yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari
dampak perpisahan, kehilangan kontrol ( pembatasan aktivitas ), perlukaan tubuh
dan nyeri, dimana stressor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan segala rutinitas dan
ketidakadekuatan mekanisme koping untuk menyelesaikan masalah sehingga timbul
prilaku maladaptifdari anak.
1.Pengalaman yang mengacam
2.Stressor
Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga
1.Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
2.Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari
3.Keterbatasan mekanisme koping
2.Pengalaman sebelumnya
3.Support system dalam keluarga
4.Keterampilan koping
5.Berat ringannya penyakit
2)Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
3)Rutinitas rumah sakit
4)Prosedur yang menyakitkan
5)Takut akan kematian
Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus ( masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutup kepala ) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung.
-Pengertian terhadap realita terbatas hubungan dengan ibu sangat dekat
-Kemampuan bahasa terbatas
-Menjerit
-Menendang
-Berduka
-Marah
-Murung, diam, sedih, apatis
-Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya
-Menghisap jari
-Menghindari kontak mata
-Berusaha menghindar dari orang yang mendekati
-Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya
-Bermain dengan orang lain
-Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain.
-Anak mulai terlihat gembira
e. Gangguan Body Image dan Nyeri
e. Gangguan Body Image dan Nyeri
-anak sering mimpi buruk
-Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan
Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri yang dialaminya.
a.Pengertian tentang sakit
a.Pengertian tentang sakit
Bagian integral dari keluargaàAnak
Jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap angggota keluarga dan fungsi keluarga ( Wong & Whaley, 1999)
Jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap angggota keluarga dan fungsi keluarga ( Wong & Whaley, 1999)
3.Prosedur pengobatan
4.Kekuatan ego individu
5.Kemampuan koping
6.Kebudayaan dan kepercayaan
7 Komunikasi dalam keluarga
2.Marah / merasa bersalah
-Prosdur tindakan medis
-Ketidaktahuan
-Khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah
-Berhubungan dengan efek samping pengobatan
-Berhubungan dengan biaya pengobatan dan perawatan
a.Pada umumnya reaksi sibling
-merasa kesepian
-Ketakutan
-Khawatir
-Marah
-Cemburu
-Rasa benci
-Rasa bersalah
b.Pengaruh pada fungsi keluarga
-Pola Komunikasi
-Komunikasi antar anggota keluarga terganggu
-Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik
c. Penurunan peran anggota keluarga
Pola komunikasi
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.
-merasa kesepian
-Ketakutan
-Khawatir
-Marah
-Cemburu
-Rasa benci
-Rasa bersalah
b.Pengaruh pada fungsi keluarga
-Pola Komunikasi
-Komunikasi antar anggota keluarga terganggu
-Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik
c. Penurunan peran anggota keluarga
Pola komunikasi
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.
-Pola Komunikasi
-Komunikasi antar anggota keluarga terganggu
-Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik
c. Penurunan peran anggota keluarga
Pola komunikasi
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.
Pola komunikasi
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.
Untuk mengurangi dampak rawat nginap di rumah sakit,
peran perawat sangat berpengaruh dalam mengurangi ketegangan anak. Usaha-usaha
yang dilakukan untuk mengurangi dampak stress hospitalisasi antara lain :
a. Meminimalkan dampak perpisahan
b. Mengurangi kehilangan kontrol
c. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan
nyeri.
Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat
dalam usahanya meminimalkan stress akibat hospitalisasi, perlu adanya
pengetahuan sebelumnya tentang stress hospitalisasi, karena keberhasilan suatu
asuhan keperawatan sangat tergantung dari pemahaman dan kesadaran mengenai
makna yang terkandung dalam konsep-konsep keperawatan serta harus memiliki
pengetahuan , sikap dan keterampilan dalam menjalankan tugas sesuai dengan
perannya. Untuk itu, penelitian ini dibuat untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dan sikap perawat dalam meminimalkan stress akibat hospitalisasi
pada anak pra sekolah
Berbagai perasaan yang muncul pada anak yaitu :
- cemas
- marah
- sedih
- Takut
- rasa
bersalah
- Perasaan itu timbul karena menghadapi sesuatu yg baru dan
belum pernah dialami
Apabila anak stress selama dalam perawatan,orang tua
menjadi sress pula, dan streess orang tua akan membuat tingkat stress anak
semakin miningkat. Sehingga asuhan kep tidak bisa hanya berfokus pada anak ,
tetapi juga pada orangtuanya.
§ Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak
1. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang
kegelapan, monster, pembunuhan dan diawali oleh situasi yang asing.àbinatang buas
2. Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan
3. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
4. Prosedur yang menyakitkan
5. Takut akan cacat atau mati.
6. Berpisah dengan orang tua dan sibling
Reaksi tersebut
bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan
anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang tersedia dan
kemampuan koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah
kecemasan karena perpisahan,kehilangan,
§ Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai:
§ Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena :
§ Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :
§ Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi:
1.Takut
2.Isolasi
3.Privasi yang terhambat
A. Stressor pada Infant
a. pengertian
Pada usia 6
bulan akan memperlihatkan Separation
Anxiety dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya. Perlukaan dan rasa
sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan dan
menangis kuat.
b. Separation anxiety (
cemas karena perpisahan )
c. Respon Infant akibat
perpisahan dibagi tiga tahap
1.Tahap Protes ( Fase
Of Protes )
2.Tahap Putus Asa
( Phase Of Despair )
-Kadang anak tidak mau
makan
3.Tahap Menolak ( Phase
Detachment / Denial )
d. Kehilangan Fungsi dan
Kontrol
Hal ini terjadi karena
ada persepsi yang salah tentang prosedur dan pengobatan serta aktivitas di
rumah sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan, kaki yang membuat anak
kehilangan mobilitas dan menimbulkan stress pada anak
o Infant masih ragu tentang persepsi body image
o Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik infant
dapat memahami arti dari organ tubuhnya, missal : sedih/cemas jika ada trauma
atau luka.
o Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan
dengan prosedur tindakan
yang menyakitkan sehingga meningkatkan kecemasan bagi
infant.
Berdasarkan
theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah berada di sekitar
mulut dan genitalnya. Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena
perpisahan, kehilangan control, gangguan body image dan nyeri infant biasanya
menghisap jari, botol.
f.
Manajenen Asuhan Keperawatan
Berikan
asuhan yang konsisten
Menyanyi
dan berbicara dg bayi
Sentuh, pegang, gendong bayi dan terus berinteraksi
selama prosedur
Anjurkan interaksi dg ortu: rooming in, ortu bicara ke
anak dan ijin saat mau pergi
Biarkan mainan yg membuat rasa aman anak
Berikan
asuhan yang konsisten
B. STRESSOR PADA ANAK
USIA AWAL ( TODDLER & PRA SEKOLAH
Reaksi emosional
ditunjukan dengan menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam
mengatasi stress karena hospitalisasi. Pada usia 6 bulan akan
memperlihatkan Separation Anxiety
dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya.
Perlukaan dan
rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan
dan menangis kuat.
Respon prilaku yang anak
sesuai dgn tahapannya yaitu :
1. Tahap protes : nangis kuat, menjerit memanggil ortu,
menolak perhatian orla.
2. Tahap putus asa : namgis berkurang, tidak aktif,
kurang minat bermain dan makan, menarik diri, sedih dan apatis.
3. Tahap denial : samar menerima, membina hubungan dangkal,
dan anak mulai menyukai lingkungan.
a.Pengertian anak
tentang sakit:
1. Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk
perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan
tentang dunia di sekitar mereka.
2. Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka
sakit, tidak bias bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri
sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami
hospitalisasi.
3. Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat
bersifat passive, cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang
tua, anak menjadi marah.
b.Separation /perpisahan
c.Kehilangan fungsi dan
control
Dengan adanya
kehilangan fungsi sehubungan dengan terganggunya fungsi motorik biasanya
mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak sehingga tugas perkembangan
yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak menjadi regresi;
ngompol lagi, suka menghisap jari dan menolak untuk makan.Restrain /
Pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi cemas
d.Gangguan Body Image
dan nyeri
e. Manajemen Asuhan
Keperawatan
· Batasi aturan dan dorongan pada perilaku
· Anjurkan ortu merencanakan kunjungan dg anak
· Rencanakan kontak dg guru dan teman
· Rencanakan aktifitas bermain --> bergerak
· Ijinkan anak memilih dlm batasan yg dapat diterima
· Berikan cara-cara anak dpt membantu pengobatan dan puji
atas kerjasama anak
C. STRESSOR PADA USIA
PERTENGAHAN
a.Pengertian tentang
sakit
§ anak usia 5 – 7 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit sehingga membuat
mereka harus istirahat di tempat tidur
§ Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi pengertian anak tentang
penyakit yang di alaminya.
b.Separation /Perpisahan
§ Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai memahami mengapa
perpisahan terjadi.
§ Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua yang berlangsunng lama.
§ Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti bagi
anak sehingga dapat mengakibatkan anak menjadi cemas.
c.Kehilangan Fungsi Dan
Kontrol
§ Bagi anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga sering
membuat anak frustasi, marah dan depresi.
§ Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa inisiatif
mereka terhambat.
d.Gangguan body image dan nyeri
§ anak mulai menyadari tentang nyeri
§ Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka insisi.
e. Manajemen Asuhan
Keperawatann
Monitor perilaku untuk menentukan kebutuhan emosi
terutama pada anak yang menarik diri dan tidak berespon
Jelaskan prosedur rinci (jika anak meminta)
Anjurkan
kunjungan teman sebaya
Diskusikan respon thd pertanyaan ttg penyakit dan
perubahan tubuh
Berikan
waktu diskusi
Biarkan anak memilih, partisipasi, privasi,
Ikuti kenginan anak ttg keberadaan ortu
D. STRESSOR PADA ANAK
USIA AKHIR
§ Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias disebbkan oleh factor
eksternal atau bakteri, virus dan lain-lain.
§ Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah
b.Separation /
Perpisahan
§ Perpisahan dengan orang tua buakan merupakan suatu masalah
§ Perpisahan dengan teman sebaya / peer group dapat mengakibatkan stress
§ Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman
c.Kehilangan fungsi
control
d.Gangguan body Image
§ Anak takut mengalami kecacatan dan kematian
§ Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadap alat genitalianya
E. STRESSOR PADA
ADOLESCENT/REMAJA
§ Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang bersifat
kompleks
§ Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi sakit.
b.Separation /
Perpisahan
§ Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan
menimbulkan stress akan perpisahan dengan teman sebayanya.
§ Anak juga kadang menghinda dan mencoba membatasi kontak dengan peer
groupnya jika mereka mengalami kecacatan.
c.Kehilangan fungsi control
§ bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian mereka.
§ Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam konsep diri
remaja.
§ Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri
d.Gangguan body image
§ sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer groupnya
dan sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani stress karena adanya
perubahan body image. Remaja khawatir diejek oleh teman / peer groupnya.
§ Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan
dengan organ seksual.
e. Manajemen Asuhan
Keperawatan
§ Fasilitasi perencanaan aktifitas (peer)
§ Jelaskan ke ortu ttg kebutuhan mandiri
§ Monitor perilaku bahwa anak ingin bicara
§ Berikan permainan dan aktifitas lain yg membantu diskusi
§ Berikan penyuluhan rinci ttg prosedur, pengobatan, terapi yg menyangkut
genital
§ Berikan
privasi setiap prosedur
F. STRESSOR DAN REAKSI
KELUARGA SEHUBUNGAN
DENGAN HOSPITALISASI ANAK
A. Reaksi orang tua
dipengaruhi oleh :
1.Tingkat keseriusan
penyakit anak
Pada umumnya reaksi
orang tua:
Tidak percaya
akan penyakit anaknya
Merasa tidak
mampu merawat anaknya
3.Ketakutan, cemas dan
frustasi
-Tingkat keseriusan
penyakit
4.Depresi
-terjadi setelah
masa krisis anak berlalu
-Merasa lelah fisik dan
mental
G. Reaksi sibling
d. Cara mengatasi
masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi anak
· Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan
pelaksanaan asuhan keperawatan
· Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak
dan keluarga.
· Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak
· Beri dukungan pada anak dan keluarga
· Beri informasi yang adekuat.
H. REAKSI ORTU DAN SAUDARA KANDUNG TERHADAP ANAK YANG
DIHOSPITAL
1. Reaksi ortu :
· Perasaan cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada
saat ortu melihat anak mendapat prosedur menyakitkan ( Perawat harus bijaksana
dan bersikap pada anak dan ortu).
· Cemas yang paling tinggi dirasakan ortu pada saat
menunggu informasi ttg diagnosis penyakit anaknya.
· Rasa takut muncul pada ortu terutama akibat takut
kehilangan anak pada kondisi sakit terminal.
· prilaku yang sering ditunjukkan ortu : sering bertanya
ttg hal yang sama secara berulang pada org berbeda, gelisah, ekspresi wajah
tegang, dan bahkan marah.
2. Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi
terminal dan ortu mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh.
3. Perasaan frustasi : Muncul pada kondisi
anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan
serta tidak adekuatnya dukungan psikologis.
Reaksi saudara kandung
· Marah
· Cemburu
· Benci dan bersalah
I. INTERVENSI KEPERAWATAN DALAM MENGATASI DAMPAK
HOSPITALISASI
1. Meminimalkan sressor atau penyebab stres.
2. Melibatkan ortu berperan aktif dlm
1. perawatan (rooming in)
- Modifikasi ruang perawatan dgn membuat
situasi ruang perawatyan seperti dirumah.
- Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah.
- Mengurangi kehilangan kontrol : menghindari
pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif thp petugas.
- Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan :
menjelaskan sebelum melakukan prosedur.
2.
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
- Memberi kesempatan pada ortu mempelajari tukem anak dan
reaksi anak thp sressor yg dihadapi selama dirawat.
- Dapat dijadikan media untuk belajar ortu.
- Memberi kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak
bergantung pada orla dan percaya diri.
- Beri kesempatan pada anak untuk saling mengenal dan
membagi pengalaman.
3. Memberikan dukungan pada anggota keluarga lain
- Berikan dukungan kepada keluarga utk mau tinggal dgn anak
di RS.
- Fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pada psikolog atau
ahli agama
- Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi
anaknya dgn nilai-nilai yg diyakininya.
- Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak .
4. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di
RS :
- Pada tahap sebelum masuk di RS dilakukan : a. Siapkan
ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan yg
diperlukan,
- b. Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari
sebelum dirawat diorientasikan dgn situasi RS dgn bentuk miniatur bangunan
RS.
Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan
• a. Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya.
• b. Orientasikan anak dan ortu pada ruang rawat yang ada
beserta fasilitas yang dapat digunakan.
• c. Kenalkan dgn pasien anak lain yang menjadi teman
sekamarnya.
• d.Berikan
identitas pada anak
• e. Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yang
akan diikuti.
• f. Laksanakan pengkajian riwayat kep.
• g.Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya
sesuai dgn yang programkan.
J. STRESOR- STRESOR LAIN
a. Masuk Rumah Sakit
Rencana: Konseling program oleh perawat
Tahu prosedur medis, fasilitas untuk pasien, petugas
perawatan
Persiapan
Atur kamar berdasarkan tingkat usia, dx penyakit,
penyakit menular, perkiraan lamanya dirawat
Siapkan teman sekamar (balita s/d remaja)
Siapkan kamar untuk anak dan ortu (formulir dan alat yg
dibutuhkan tersedia)
b. Saat masuk
Kenalkan tim pada anak dan keluarga
Orientasi ruangan/ fasilitas
Kenalkan anak dan keluarga dg teman sekamar
Berikan gelang identitas
Jelaskan
peraturan RS dan jadualnya
Ukur
VS, TB dan BB
Lakukan
pemeriksaan lab
Dukung anak saat dilakukan pemeriksaan fisik
c. Saat masuk UGD
Perpanjang prosedur persiapan masuk tidak tepat dan tidak
mungkin pada situasi darurat
Jika bukan mengancam kehidupan, ajak anak bekerja sama
d. Focus pada komponen
konseling dirawat
perkenalan, gunakan nama anak bukan sayang, tentukan
tingkat tukem, inf status kes anak, inf keluhan utama anak dan ortu
e. Saat msuk ICU
Siapkan anak dan ortu untuk ICU elektif (post op jantung)
Siapkan anak dan ortu untuk masuk yg tak terduga
Siapkan ortu s.d penampilan anak dan perilakunya, saat
pertama mengunjungi anak di ICU
Temani ortu disisi tempat tidur anak--> support
Siapkan saudara kandung untuk kunjungan dan monitor
reaksi mereka
Stressor di icu
Untuk
anak dan keluarga
Stresor
fisik
nyeri
dan rasa tidak nyaman
imobilisasi
kurang
tidur
Tidak
mampu makan minum
Perubahan
kebiasaan eliminasi
Untuk
anak dan keluarga
Stresor
fisik
nyeri
dan rasa tidak nyaman
imobilisasi
kurang
tidur
Tidak
mampu makan minum
Perubahan
kebiasaan eliminasi
f. Stresor Lingkungan
Lingk. asing
Bunyi yang asing
Orang asing
Bau asing dan tidak enak
Cahaya yg terus menerus
aktivitas ke pasien lain
kesiagaan petugas
g. Stresor Psikologis
kurangnya privacy
Tidak mampu berkomunikasi
Tidak cukup tahu dan paham tentang situasi
Penyakit yg berat
Perilaku ortu
h. Stresor Sosial
Hub. yg terputus
peduli thd sekolah atau pek
Gangguan/ kurang bermain
Langganan:
Postingan (Atom)